RDS - 11-04-2023
BANGUNPENDIDIKAN.com – Helicopter parenting merupakan istilah yang berasal dari buku Parents & Teenagers karya psikolog Haim Ginott pada tahun 1969. Istilah ini diperkenalkan oleh para remaja yang merujuk pada orang tua yang selalu berada di dekat mereka.
Pada tahun 2011, istilah ini semakin populer dan telah dimasukkan ke dalam kamus bahasa Inggris dengan definisi sebagai orang tua yang terlalu terlibat dalam kehidupan anak. Keterlibatan orang tua dalam kehidupan anak sangat penting, namun ada batasan yang sesuai dengan usia anak.
Pola pengasuhan helicopter parenting, menurut Emily Guarnotta, seorang psikolog asal Amerika Serikat, melebihi batas yang sesuai dengan usia anak. Orang tua harus memberikan kebebasan dan tanggung jawab yang lebih besar seiring dengan pertambahan usia anak.
Jika orang tua terus membayangi anak dengan mengendalikan, memantau, dan mencampuri kehidupan anak, maka mereka dapat dikategorikan sebagai helicopter parents. Ini adalah contoh yang tidak sesuai dengan prinsip pola pengasuhan yang sehat.
Helicopter parenting adalah gaya pengasuhan orang tua yang sangat terlibat dalam kehidupan anak mereka, bahkan hingga level yang berlebihan. Orang tua yang menerapkan gaya parenting ini cenderung terlalu protektif, mengontrol, dan terlalu menuntut dalam memenuhi kebutuhan dan keinginan anak mereka. Mereka terus-menerus memonitor aktivitas anak mereka, bahkan sampai ke hal-hal yang seharusnya dianggap privasi atau hak anak untuk mandiri.
Gaya pengasihan ini sering kali dilakukan oleh orang tua yang ingin melindungi anak-anak mereka dari bahaya, atau orang tua yang ingin memastikan anak-anak mereka berhasil dalam berbagai hal, seperti akademik, karir, atau aktivitas ekstrakurikuler. Namun, gaya parenting ini juga dapat berdampak negatif pada perkembangan anak, seperti mengurangi kemampuan anak untuk mandiri, memecahkan masalah, dan mengambil risiko yang sehat.
Secara umum, helicopter parenting dapat menghambat perkembangan anak menjadi orang dewasa yang mandiri dan percaya diri, karena anak-anak tersebut kurang terbiasa untuk mengambil keputusan sendiri dan menghadapi tantangan secara mandiri.
Berikut adalah beberapa ciri-ciri helicopter parenting:
Orang tua yang menerapkan gaya parenting ini terlalu terlibat dalam kehidupan anak mereka, bahkan hingga level yang berlebihan. Mereka cenderung selalu ingin tahu tentang segala hal yang terjadi pada anak mereka.
Orang tua ini cenderung terlalu protektif dan khawatir tentang keselamatan dan kesejahteraan anak mereka. Mereka sering kali mengintervensi dalam kehidupan sosial dan akademik anak mereka untuk memastikan bahwa anak mereka aman dan sukses.
Orang tua ini cenderung mengontrol segala aspek kehidupan anak mereka, dari jadwal harian hingga aktivitas dan hubungan sosial.
Orang tua ini cenderung memenuhi kebutuhan dan keinginan anak mereka tanpa memberikan kesempatan untuk anak mereka untuk belajar bagaimana memenuhi kebutuhan mereka sendiri.
Orang tua ini cenderung menuntut prestasi yang tinggi dari anak mereka dan berharap anak mereka untuk selalu berhasil di setiap hal yang mereka lakukan.
Orang tua ini cenderung memantau setiap aktivitas anak mereka, bahkan sampai ke hal-hal yang seharusnya dianggap privasi atau hak anak untuk mandiri.
Orang tua ini kesulitan memberikan kebebasan dan otonomi pada anak mereka karena takut anak mereka akan melakukan kesalahan atau mengalami masalah.
Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan seseorang menerapkan gaya helicopter parenting, antara lain:
Beberapa orang tua mungkin merasa khawatir dengan berbagai bahaya di sekitar anak mereka, seperti kejahatan, kecelakaan, atau bahaya kesehatan lainnya. Hal ini dapat menyebabkan mereka menerapkan kontrol yang berlebihan dan proteksi yang tinggi pada anak mereka.
Beberapa orang tua mungkin memiliki harapan yang tinggi terhadap prestasi dan keberhasilan anak mereka, baik dalam bidang akademik maupun non-akademik. Hal ini dapat menyebabkan mereka menuntut lebih banyak dari anak mereka dan terlalu terlibat dalam aktivitas mereka.
Beberapa orang tua mungkin memiliki pengalaman traumatis saat masa kecil mereka, seperti pengalaman kekerasan atau ketidakamanan. Hal ini dapat menyebabkan mereka menjadi terlalu protektif dan khawatir tentang keselamatan anak mereka.
Beberapa orang tua mungkin merasa tidak percaya diri atau tidak yakin dalam perannya sebagai orang tua. Hal ini dapat menyebabkan mereka mencoba mengontrol dan memantau anak mereka secara berlebihan sebagai cara untuk merasa lebih terkendali.
Beberapa orang tua mungkin merasa tekanan dari lingkungan sekitar mereka, seperti teman atau keluarga, untuk menerapkan gaya parenting yang lebih ketat atau lebih terlibat dalam kehidupan anak mereka.
Beberapa orang tua mungkin merasa cemas atau khawatir tentang masa depan anak mereka, dan merasa bahwa mereka harus melakukan segala yang mungkin untuk memastikan anak mereka sukses dan bahagia di masa depan.
Berikut adalah beberapa dampak negatif yang dapat terjadi akibat helicopter parenting:
Anak-anak yang dibesarkan dalam gaya asuhan ini cenderung menjadi tergantung pada orang tua mereka dalam mengambil keputusan dan menyelesaikan masalah. Mereka mungkin merasa kesulitan dalam mengambil keputusan dan tidak memiliki keterampilan mandiri yang diperlukan untuk sukses di kehidupan.
Anak-anak yang dibesarkan dalam gaya helicopter parenting cenderung merasa tertekan dan cemas karena tekanan yang diberikan oleh orang tua mereka untuk selalu berhasil dan tidak membuat kesalahan.
Anak-anak yang dibesarkan dalam gaya parenting helicopter mungkin kurang memiliki kemandirian dan keterampilan untuk mengambil keputusan dan menyelesaikan masalah secara mandiri.
Anak-anak yang dibesarkan dalam gaya helicopter parenting mungkin menjadi terlalu terlindungi dari pengalaman hidup dan tidak memiliki kesempatan untuk belajar bagaimana mengatasi tantangan dan kegagalan. Hal ini dapat menyebabkan perilaku yang tidak sehat, seperti ketidakmampuan mengatasi stres, perasaan tidak aman, atau sulit menyesuaikan diri.
Anak-anak yang dibesarkan dalam gaya asuhan ini cenderung kurang memiliki kesempatan untuk berinteraksi dengan teman sebaya dan belajar keterampilan sosial yang diperlukan untuk membangun hubungan yang sehat.
Anak-anak yang dibesarkan dalam gaya helicopter parenting mungkin merasa tidak puas dengan diri mereka sendiri dan hidup mereka, karena mereka merasa bahwa mereka tidak memiliki kendali atas hidup mereka sendiri.
Anak-anak yang dibesarkan dalam gaya asuhan ini mungkin mengalami konflik dengan orang tua mereka karena perasaan tidak dihargai atau kesulitan untuk menentukan batas-batas yang tepat.
Berikut adalah beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi gaya helicopter parenting:
Berikan anak Anda kesempatan untuk belajar dan tumbuh dengan memberi mereka ruang untuk mandiri. Berikan mereka kepercayaan dan tanggung jawab dalam membuat keputusan dan menyelesaikan masalah.
Fokus pada keterampilan yang diperlukan untuk sukses dan kembangkan keterampilan itu dengan anak Anda. Ingatlah bahwa kegagalan dan kesalahan adalah bagian dari belajar dan tumbuh.
Berbicaralah dengan anak Anda dan dengarkan kekhawatiran dan harapan mereka. Jelaskan mengapa Anda mengambil keputusan tertentu dan ajak mereka untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan.
Hindari menekan anak Anda untuk selalu berhasil dan menghindari kegagalan. Berikan mereka kesempatan untuk belajar dari kegagalan dan membantu mereka untuk tumbuh dan berkembang.
Jangan menjadi terlalu protektif dan mengawasi setiap gerakan anak Anda. Berikan mereka kesempatan untuk menjelajahi dunia dan belajar melalui pengalaman mereka sendiri.
Berikan contoh positif dengan cara menunjukkan kepercayaan pada diri sendiri dan dalam mengambil keputusan yang tepat, serta memberikan ruang dan kesempatan untuk anak Anda agar dapat berkembang secara mandiri.
Jika Anda merasa telah melakukan kesalahan dalam menerapkan helicopter style parenting, maka terbuka untuk belajar dari kesalahan tersebut dan mencari solusi untuk mengatasi hal tersebut.
Apapun pola asuh yang orang tua terapkan untuk anak, setidaknya bisa membuat anak tumbuh dengan tidak kekurangan rasa kasih sayang. Karena bagaimanapun, anak yang kekurangan kasih sayang akan mudah melakukan perbuatan-perbuatan yang melanggar norma dan aturan.