Bangun Pendidikan - SEKOLAH (16-06-2022)
BANGUN PENDIDIKAN - Kita semua patut bersyukur hidup setelah Indonesia Merdeka, di mana kita bisa mengenyam pendidikan dengan layak tanpa adanya unsur tekanan hingga diskriminasi. Tentu saja ini jauh berbeda dari kondisi masa penjajahan Belanda dulu, sebab hanya sedikit anak yang bisa menikmati bagaimana rasanya masuk ke sekolah. Yang dapat menikmari pendidikan hanya anak yang berasal dari kalangan bangsawan atau elit.
Sistem pendidikan masa kolonial dulu, sebenarnya tidak menguntungkan penduduk Indonesia, bahkan setelah penerapan kebijakan politik etis awal tahun 1900. Pihak pemerintah kolonial Belanda mendirikan sekolah bagi penduduk pribumi hanya bertujuan untuk memperoleh tenaga atau buruh yang murah. Bisa menulis dan membaca saja sudah lebih dari cukup dan bisa berkerja perusahaan koloni. Jauh berbeda dengan yang sekarang, baik pendidikan, kesehatan, maupun teknologi yang semakin membuat kita dapat melakukan apapun.
Nah, untuk kamu yang ingin tahu lebih lanjut tentang pendidikan di masa penjajahan dulu, di bawah ini kami telah merangkum beberapa sekolah pada zaman koloni Belanda. Yuk intip, apa saja sih sekolahnya.
Adapun beberapa sekolah pada zaman Belanda adalah:
-ELS
-HIS
-HCS
-MULO
-AMS
-HBS
-Schakel School
Europeesche Lagere School (ELS)
ELS adalah sekolah dasar zaman kolonial Hindia Belanda yang diperuntukkan hanya kepada keturunan Belanda saja. ELS didirikan oleh Belanda pada tahun 1817.
Awalnya, ELS hanya menerima untuk para murid berkewarganegaraan Belanda. Akan tetapi, sejak diterapkan Politik Etis pada tahun 1903, ELS juga dibuka untuk rakyat Indonesia yang ingin bersekolah di sana.
Para murid yang bersekolah di ELS akan menempuh masa pendidikan sekitar 7 tahun dengan materi pembelajaran menggunakan bahasa Belanda sebagai pengantarnya.
Hollandsch-Inlandsche School (HIS)
HIS merupakan sekolah dasar bagi pribumi yang didirikan oleh Belanda. HIS dibentuk pada tahun 1914. Tidak jauh berbeda dengan ELS, HIS juga menerapkan masa studi selama 7 tahun.
HIS diperuntukkan bagi rakyat Indonesia yang keturunan bangsawan dan keturunan tokoh terkemuka. Materi pembelajaran di sekolah ini menggunakan bahasa Belanda sebagai pengantarnya.
Hollandsch Chineesche School (HCS)
HCS adalah sekolah yang didirikan pemerintah Belanda pada tahun 1908 di Jakarta. HCS ditujukan khusus untuk anak-anak keturunan Tionghoa yang saat itu ada di Hindia Belanda.
Selain itu, HCS juga didirikan untuk menandingi sekolah-sekolah berbahasa Mandarin yang didirikan oleh Tiong Hoa Hwee Koan. HCS menggunakan bahasa Belanda sebagai bahasa pengantar.
Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO)
MULO merupakan sekolah pendirian Belanda yang setara dengan sekolah menengah pertama atau SMP. Akhir tahun 1930-an, MULO sudah ada hampir di setiap kabupaten yang berada di Jawa.
Masa pendidikan yang ditempuh di MULO adalah 3 tahun. Bahasa pengantar yang digunakan dalam sekolah ini adalah bahasa Belanda.
Algemeene Middelbare School (AMS)
AMS adalah pendidikan menengah umum. Sekolah ini didirikan pada tanggal 5 Juli 1919. Masa pendidikan yang harus ditempuh di sekolah ini adalah 3 tahun. AMS setara dengan sekolah menengah atas atau SMA dengan menggunakan bahasa Belanda sebagai bahasa pengantar.
Hoogere Burgerschool (HBS)
HBS adalah pendidikan menengah umum yang didirikan pada tahun 1863 untuk orang Belanda, Eropa, Tionghoa, dan elit pribumi. Masa pendidikan yang harus ditempuh di sekolah sekitar lima tahun, setelah HIS atau ELS.
Sekolah HBS ini memerlukan murid yang pandai, terutama bahasa Belanda. Salah satu tokoh penting yang sempat bersekolah di HBS adalah Soekarno di Surabaya.
Schakel School
Schakel School adalah sekolah rakyat yang berada di daerah. Masa studi yang harus ditempuh di sekolah ini selama lima tahun. Para murid yang lulus dari sekolah ini disamakan dengan lulusan HIS.
Biasanya, murid yang bersekolah di Schakel School ini adalah murid yang merupakan lanjutan dari sekolah rakyat dengan masa studi tiga tahun.
Demikian beberapa sekolah yang ada pada zaman koloni Belanda. Jauh berbeda dengan pendidikan yang sekarang bukan? Jangan lupa bersyukur yah!